Saturday, 11 October 2008
SANG PRIMADONA MISKIN
Mereka menapaki karang batu putih sepanjang pantai itu. Tidak terhalangi oleh teriknya matahari, senyumnya merekah kekal di wajahnya. Peluh menetes membasahi baju kaosnya yang lusuh. Begitulah nasib seorang petani rumput laut di Nusa Penida
Wayan Kerti, seorang petani rumput laut yang gigih dalam menjalani hidupnya. Walaupun ia adalah seorang wanita, namun semangat hidupnya tidak kalah dengan seorang pria. Wayan Kerti, setiap harinya terjun ke laut untuk mengolah lahan taninya. Tangannya lihai merawat tiap bibit rumput laut. Melawan arus ombak yang menghantam sisi karang pantai itu
Tidak hanya Wayan Kerti, banyak warga pesisir pantai Nusa Penida yang berprofesi sebagai petani rumput laut. Mereka menanam jenis rumput laut spinosum dan cattoni yang merupakan primadona ekspor rumput laut Indonesia. Tidaklah salah apabila Nusa Penida dianggap sumber rumput laut terbaik di Indonesia.
Namun kesan primadona hanya melekat pada hasil taninya saja. Para petani rumput laut menangis di atas lahan taninya. Para petani hidup dalam garis kemiskinan, menderita sendirian, tanpa bantuan siapapun. Sengsara mereka hadapi, dengan pemerintah yang memandang sebelah mata pada kehidupan mereka. Sunguh ironis nasib para petani rumput laut di Nusa Penida
Banyak hal mereka lakukan untuk mensejahterakan dirinya, mereka membentuk kelompok petanim rumput laut yang diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupan mereka. Namun, sangat disayangkan kelompok tani tersebut tidak berhasil. Masih banyak petani rumput laut, termasuk Wayan Kerti yang terjebak dalam kemiskinan. Dari kemelaratan akibat minimnya harga pasar maupun kepada lintah darat/ tengkulak yang ‘tumbuh subur’ di Nusa Penida
Sebenarnya, sangat melimpah kegiatan penanggulangan yang dapat dilakukan untuk menolong kehidupan mereka. Dengan membangun sentral pusat pengekspor rumput laut di Nusa Penida, dan penguatan bantuan dana dan sarana di Nusa Penida, sudah pasti akan memberikan kemudahan dalam mensejahterakan para petani rumput laut. Tapi entah kenapa sampai sekarang tidak satupun langkah tersebut terrealisasikan.
Wayan Kerti berharap perhatian lebih dari pemerintah atas kehidupan para petani rumput laut. Sehingga kedepannya kehidupan mereka akan lebih baik. Jauh dari garis kemiskinan, dan jauh dari genggaman lintah darat. Kini, wanita perkasa itu, masih dalam perjalannya menapaki karang batu putih, menuju masa depan yang penuh tanda tanya dan gejok jiwa. Gejolak hati para petani rumput laut. (Ar)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
keRen bGt artIkeL mu
MengHarukan..
Q jdi ngeRti niE susahNy jadi Petani RumPut LauT di Nusa PeniDa,
kEren,,, bWt yg Bnyak Y?
Post a Comment